1.1.Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Tujuan pengajaran fisika di SMP adalah agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mencapai tujuan pengajaran fisika khususnya, telah dilakukan berbagai usaha kearah pembangunan, perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan, baik sistem pengelolaan maupun penmgkatan mutu. Hal ini tidak terlepas dari kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan proses belajar.
Dari hasil ujian semester ganjil dan semester genap tahun ajaran 2009/2010 yang dilakukan penulis di SMP Negeri 2 Sakti, hanya 65% siswa yang tuntas belajar dari nilai KKM ( kriteria ketuntasan minimal) mata pelajaran IPA yang ditetapkan yaitu 62, sehingga gum harus melakukan remedial. Rendahnya hasil belajar fisika dapat diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain ketidakmampuan guru menggunakan srategi/pendekatan yang lebih cocok daam mengajarkan konsep sehingga menyebabkan kesulitan bagi siswa-siswa dalam memahami konsep fisika.
Setelah dicoba dengan berbagai metode ternyata kemampuan siswa dalam memahami konsep fisika tidak seperti yang diharapkan. Berdasarkan kondisi yang demikian maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar mereka, mengerti, berpartisipasi aktif, bekerja memecahkan masaiah, menemukan sesuatu untuk dirinya dan saling mendiskusikan masaiah tersebut dengan temannya serta dapat membantu teman-teman yang rendah prestasinya. Hal ini dapat diwujudkan secara intensif dengan menerapkan suatu mode pembelajaran kooperatif.
Salah satu alternatif pengembangan model tersebut adalah berdasarkan teori kognitif yang lebih mengacu pada teori belajar kontruktivis. Menurut teori ini siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merefisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak Iagi sesuai dengan informasi yang baru diterimanya yang dikenal dengan asimilasi konsep. Sistem pembelajaran ini dapat mengaktifkan siswa untuk benar-benar dapat memahami dan menerapkan pengetahuan (Slavin, 1994:225).
Pendekatan kontruktivis dalam pengajaran salah satunya adalah menerapkan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya (Slavin, 1994:227). Agar pembelajaran koooperatif dapat terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman kelompok untuk mencapai ketuntasannya.
Salah satu jenis pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achivement Divisions(STAD) yaitu jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Kelompok ini merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah guru memberikan materi pelajaran, anggota kelompok bertemu untuk mempelajar lembar kegiatan atau bahan pembelajaran lainnya. Dalam STAD setelah berlangsung pembelajaran secara kooperatif siswa diberi tes untuk mengetahui kemampuan akademik secara individual.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai dampak yang amat positif terhadaf siswa yang rendah hasil belajarnya (Linda Lundge, 1995:6). Madden (dalam Slavin,1995:17) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mencapai keberhasilan siswa terutama dalam pembelajaran fisika sangatlah dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah " Apakah pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada konsep Usaha dan Energi di SMP N 2 Sakti". Untuk mendapatkan jawaban pertanyaan tersebut penulis menuangkannya dalam sebuah penelitan tindakan kelas yang berjudul " Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Usaha dan Energi Dengan Model Pembelajaran Kooperatif STAD di SMP Negeri 2 Sakti".
1.2.Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahannya dalam penelitian ini adalah :
- Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada konsep usaha dan energi dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif STAD di SMP Negeri 2 Sakti?
- Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa di SMP Negeri 2 Sakti pada konsep usaha dan energi selama berlangsung pembelajaran kooperatif STAD?
- Bagaimana respon siswa SMP Negeri 2 Sakti terhadap pembelajaran kooperatif STAD pada konsep usaha dan energi?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk :
- Mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada konsep usaha dan energi setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif STAD di SMP Negeri 2 Sakti.
- Mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa di SMP Negeri 2 Sakti pada konsep usaha dan energi selama berlangsung pembelajaran kooperatif STAD.
- Mengetahui bagaimana respon siswa SMP Negeri 2 Sakti terhadap pembelajaran kooperatif STAD pada konsep usaha dan energi.
1.4.Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
- Bagi guru, sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran fisika dalam proses meningkatkan hasil belajar.
- Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih aktif, dinamis, kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan usaha - -dan energi.
- Bagi peneliti, untuk mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik dan kemampuan memecahkan permasalahan pembelajaran yang ditemui disekolah.
1.5.Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
- Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
- Model pembelajaran kooperatif STAD adalah jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Kelompok ini merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah guru memberikan materi pelajaran, anggota kelompok bertemu untuk mempelajar lembar kegiatan atau bahan pembelajaran lainnya.
- Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor setelah siswa mengikuti pelajaran.
- Usaha dan Energi adalah salah satu konsep IPA yang diajarkan di kelas VIII SMP pada semester ganjil.
1.6. Landasan Teoritis
- Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada awal pengembangannya, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi, aktivitas siswa, perilaku kooperatif dan menghargai pluralisme. Tetapi sebenarnya aspek akademis juga masuk di dalamnya walaupun tidak tersirat. Menurut Arends (dalam Devi, 2009 : 30) menyatakan setidaknya terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
- Peningkatan kinerja prestasi akademik,
- Penerimaan terhadap keragaman (suku, sosial, budaya, kemampuan, dsb),
- Keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Tujuan pertama yaitu membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Dengan strategi kooperatif diharapkan terjadi interaksi antar siswa untuk saling memberi pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan guru sehingga semua siswa akan lebih mudah memahami berbagai konsep. Tujuan kedua yaitu membuat suasana penerimaan terhadap sesama siswa yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan. Hal ini memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Tujuan ketiga, yaitu mengajarkan keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu, para siswa belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
b. Sintaks atau Tahap-Tahap pada Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan kajian terhadap tipe-tipe pembelajaran kooperatif, Arends (dalam Devi, 2009:31) mengidentifikasi sintaks umum dalam pembelajaran kooperatif. Umumnya, terdapat enam fase atau tahapan pembelajaran dalam pembelajaran koperatif seperti yang tertera pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Fase/Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif
No. | Fase | Perilaku Guru |
(1) | (2) | (3) |
1 | Menyediakan obyek dan perangkat | Guru mengemukakan tujuan, memotivasi siswa untuk belajar, menyediakan obyek dan membuat perangkat pembelajaran |
2 | Menghadirkan/menyaj ikan informasi | Guru menghadirkan/menyaj ikan informasi untuk siswa baik secara presentasi verbal ataupun dengan tulisan. |
3 | Mengorganisasi siswa dalam belajar kelompok | Guru menjelaskan pada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. |
4 | Membimbing bekerja dan belajar | Guru membimbing kelompok belajar ketika mereka sedang bekerja menyelesaikan tugas bersama |
5 | Evaluasl | Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya. |
6 | Mengenali prestasi | Guru mencari cara untuk mengenali baik usaha, dan prestasi individu juga kelompoknya dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. |
Sumber: Devi (2009: 31)
a. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif jika dilatihkan di kelas dapat meningkatkan kompetensi sosial siswa misalnya terciptanya kehidupan bermasyarakat yang saling "asah-asih-asuh", rukun. damai, harmom tanpa saling curiga merupakan impian semua orang.
Keharmonisan dapat terwujud bila masing-masing mau terbuka, mau mendengar, saling memahami kekurangan serta kelebihan orang lain. Hal-hal seperti itu dapat dilatihkan pada siswa sejak tingkat sekolah dasar.
Beberapa manfaat model pembelajaran kooperatif dalam proses belajar-mengajar, di antaranya:
- Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap,
dan keterampiiannya dalam suasana belajar yang bersifat terbuka dan
demokratis, - Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa,
- Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat,
- Menempatkan siswa sebagai subjek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya,
- Melatih siswa untuk bekerjasama, saling membantu mengembangkan potensi diri secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
Begitu pula menurut para pakar pendidikan (Slavin, 1995:17) beberapa nilai positif dalam pembelajaran kooperatif, antara lain :
- Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma kelompok
- Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil
- Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok
- Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Selain mempunyai nilai positif, pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara sebagai berikut:
- Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan kelompok.
- Masing-masing anggota kelompok harus mempelajari materi secara keseluruhan.
Hal ini karena hasil kelompok ditunjukan oleh skor perkembangan masing-
masing individu dalam kelompok.
b. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995) adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Belajar kooperatif menekankan pada kerja kelompok (siswa belajar bersama, saling membantu). Kerja kelompok membuat siswa bersemangat untuk belajar aktif untuk saling menampilkan diri atau berperan diantara teman-teman sebaya.
Pada dasarnya tipe-tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah sama, yaitu lebih mengutamakan kerjasama kelompok. Namun, dalam pengelompokkan tugas, tiap tipe tersebut berbeda. Slavin (1995:76) membagi pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe, di antaranya, Student Teams - Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, dan Team Assisted Individualization (TAI) dan Group Investigation (GI).
1. Tipe Student Teams - Achievement Division (STAD)
Student Team Achievement Division (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Ada lima tahap pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam proses kegiatan pembelajaran, yakni tahap persiapan (termasuk di dalamnya penyajian materi), tahap kegiatan kelompok, tahap pelaksanaan tes individu, tahap perhitungan skor, perkembangan individu, dan tahap pemberian penghargaan kelompok. Secara garis besar tahap-tahap kooperatif tipe STAD dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.Tahap persiapan
Pada tahap ini, guru mempersiapkan materi berikut perangkat pengajaran termasuk lembar kerja siswa dan soal kuis serta menentukan metode pembelajaran dan penyajian materi pada awal pembelajaran. Pembagian kelompok diatur berdasarkan skor awal, masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan prestasi yang bervariasi, jenis kelamin dan ras yang berbeda. Guru menjelaskan bahwa tugas utama kelompok adalah membantu anggota untuk menguasai materi dan mempersiapkan kuis serta setiap anggota hendaknya berusaha untuk memperoleh nilai yang baik karena prestasi individu akan berpengaruh besar terhadap kelompok.
b.Tahap Penyajian Materi
Sebelum pembelajaran, guru menginformasikan kepada siswa tujuan yang hendak dicapai dan prasyarat yang harus dimiliki. Penyajian materi dilakukan secara klasikal. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok,
2) menekankan kepada siswa bahwa belajar adalah memahami makna bukan hafalan,
3) mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin,
4) memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari suatu pertanyaan Setelah siswa memahami permasalahan, selanjutnya beralih pada materi berikutnya.
c. Tahap Kegiatan Kelompok
Dalam tahap ini siswa mempelajari materi dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dalam LKS. Dalam kegiatan kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya. Peran guru dalam tahap ini sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
d. Tahap Peiaksanaan Tes Individu
Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, siswa diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapainya. Hasil tes digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk perolehan skor kelompok.
e. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes sebelumnya (skor awal) dengan tes akhir. Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Cara perhitungan skor perkembangan individu (sumbangan untuk skor kelompok) seperti terangkum pada tabel berikut (Slavin, 1995:80).
Tabel 1. Skor Perkembangan Individu
| Nilai | |
Skor Tes |
| Perkembangan |
- | Lebih dari 10 poin di bawah skor awal | 5 |
- | 10 hingga 1 poin di bawah skor awal | 10 |
- | Skor awal sampai 10 poin di atasnya | 20 |
- | Lebih dari 10 poin di atas skor awal | 30 |
- | Nilai sempurna | 30 |
f. Tahap Penghargaan Kelompok
Perhitungan skor kelompok dihitung dengan cara menjumlahkan tiap perkembangan skor individu dibagi jumlah anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan tersebut, ditetapkan tiga tingkat penghargaan kelompok, yaitu:
1) kelompok dengan rata-rata skor 15, sebagai kelompok Good Team;
2) kelompok dengan rata-rata skor 20, sebagai kelompok Great Team;
3) kelompok dengan rata-rata skor 25, sebagai kelompok Super Team.
Kepada super team dan good team, sebaiknya guru memberikan penghargaan berupa sertifikat atau bentuk hadiah lainnya tergantung dari kreativitas guru. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar pembelajaran, yaitu:
1) tetap berada dalam kelompok;
2) mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan kepada guru, dan menghindari ide mengkritik orang;
3) memberikan umpan balik.
1.7. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 2 Sakti tahun pelajaran 2012/2013. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP Negeri 2 Sakti yang belajar di kelas VIII A sebanyak 22 orang Tahun Pelajaran 2012/2013
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Lembar pretes dan postes
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur prestasi belajar fisika konsep usaha dan energi pada setiap siklus. Tes diberikan setiap akhir siklus.
b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas gum dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung yang diiakukan pada setiap siklus.
c. Angket respon siswa.
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif STAD.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dan Kemmis dan Taggart (dalam Taniredja, 2011: 24), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1. Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1) Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2) Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya model pembelajaran kooperatif STAD.
3) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4) Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2, dimana masing - masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu pokok bahasan yang sama yang diakhiri dengan tes di akhir masing-masing siklus. Dibuat dalam dua siklus dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
5. Pengolahan Data
a. Analisis data tes hasil belajar.
1. Untuk ketuntasan individu
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase.
P= x 100% (Anas Sudijono, 2010 : 43)
Dimana:
P = Angka persentase
f = Jumlah jawaban benar siswa
N = Jumlah soal seluruhnya
2. Untuk ketuntasan klasikal
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase.
P= x 100% (Anas Sudijono, 2010 : 43)
Dimana:
P = Angka persentase
f = jumlah siswa yang tuntas belajar
N = Jumlah siswa seluruhnya
b. Analisis aktivitas guru dan siswa
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase
P= x 100% (Anas Sudijono, 2010 : 43)
Dimana:
P = Angka persentase
F = Frekuensi aktivitas guru dan siswa
N = Jumlah aktivitas
c. Analisis respon siswa
Setelah data terkumpui kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase
P= x 100% (Anas Sudijono, 2010 : 43)
Dimana:
P = Angka persentase
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Jumlah siswa
0 komentar:
Post a Comment