Thursday 25 October 2012

Mempercepat Win 7

Windows7 anda berjalan agak sedikit lambat?

Anda tidak perlu khawatir, cukup kopikan coding berikut ke notepad lalu simpan dengan nama apa aja yang penting typenya Reg (misalnya disimpan dengan nama cepat.Reg)

Lalu tutup notepadnya dan klik file yang tersimpan jadi lalu muncul kotak dialog dan klik OK.

[HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\Curre ntVersion\Policies\Explorer]
"NoLowDiskSpaceChecks"=dword:00000001
"LinkResolveIgnoreLinkInfo"=dword:00000001
"NoResolveSearch"=dword:00000001
"NoResolveTrack"=dword:00000001
"NoInternetOpenWith"=dword:00000001
[HKEY_CLASSES_ROOT\AllFilesystemObjects\shellex\Con textMenuHandlers\Copy To]
@="{C2FBB630-2971-11D1-A18C-00C04FD75D13}"
[HKEY_CLASSES_ROOT\AllFilesystemObjects\shellex\Con textMenuHandlers\Move To]
@="{C2FBB631-2971-11D1-A18C-00C04FD75D13}"
[HKEY_CURRENT_USER\Control Panel\Desktop]
"AutoEndTasks"="1"
"HungAppTimeout"="1000"
"MenuShowDelay"="8"
"WaitToKillAppTimeout"="2000"
"LowLevelHooksTimeout"="1000"
[HKEY_LOCAL_MACHINE\SYSTEM\CurrentControlSet\Contro l]
"WaitToKillServiceTimeout"="1000"
[-HKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microsoft\Windows\Curr entVersion\Explorer\RemoteComputer]
[HKEY_CLASSES_ROOT\*\shell\runas]
@="Take Ownership"
"NoWorkingDirectory"=""
[HKEY_CLASSES_ROOT\*\shell\runas\command]
@="cmd.exe /c takeown /f \"%1\" && icacls \"%1\" /grant administrators:F"
"IsolatedCommand"="cmd.exe /c takeown /f \"%1\" && icacls \"%1\" /grant administrators:F"
[HKEY_CLASSES_ROOT\Directory\shell\runas]
@="Take Ownership"
"NoWorkingDirectory"=""
[HKEY_CLASSES_ROOT\Directory\shell\runas\command]
@="cmd.exe /c takeown /f \"%1\" /r /d y && icacls \"%1\" /grant administrators:F /t"
"IsolatedCommand"="cmd.exe /c takeown /f \"%1\" /r /d y && icacls \"%1\" /grant administrators:F /t"

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA DIKELAS VII SMP NEGERI 1 SIGLI

1. Latar Belakang Masalah

Fisika memegang peranan penting dalam mempelajari fenomena alam, maka sudah sepantasnya fisika menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga menimbulkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya. Namun dari kenyataan yang ada selama ini, masih banyak siswa tidak menyukai pelajaran fisika disebabkan oleh banyaknya rumus dan penghitungan dalam penyelesaian soal-soal. untuk mengurangi rasa jenuh oleh peliknya rumus dalam fisika, maka penulis mencoba menerapkan satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa dengan cara membawa siswa keluar ruangan dan belajar secara berkelompok di alam terbuka.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama mengajar kelas VII SMP Negeri 1 Sigli terlihat bahwa pelajaran fisika kurang diminati siswa terutama pokok bahasan zat dan wujudnya. Kurangnya motivasi siswa untuk mempelajari pokok bahasan ini terlihat dari rendahnya-tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan guru. Banyak siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

Jika ditinjau dari cara belajar yang dilakukan siswa, diketahui bahwa mereka kurang termotivasi untuk belajar. Saat guru menerangkan pelajaran, sebagian besar siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Mereka hanya mencatat, meskipun tidak tidak memahami apa yang mereka catat. Tugas-tugas yang diberikan tidak dikerjakan atau tidak sempurna diselesaikan dengan alasan tidak mengerti, karena soalnya tidak sama dengan contoh soal yang diberikan guru. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam iaiam memahami pelajaran, maka hanya 1 atau 2 orang saja siswa yang berani bertanya. Siswa merasa malu dan takut bertanya kepada guru. Begitu juga untuk aktivitas menanggapi pertanyaan yang diajukan guru, siswa tidak mau mengacungkan tangan sebagai tanda ingin menjawab walaupun ada di antara mereka yang tahu jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

Kurangnya interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, sehingga usaha untuk meningkatkan daya serap siswa tidak tercapai. Proses pembelajaran yang terpusat pada guru menyebabkan siswa kurang aktif dan tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, mereka hanya menerima hal yang diberikan guru. Permasalahan yang disebutkan di atas menyebabkan hasil belajar fisika siswa rendah terutama pada materi Zat dan Wujudnya, banyak siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-sol khususnya yang berkaitan dengan wujud zat. Hasil belajar yang diperoleh siswa selama mi masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 65.

Pemecahan masalah yang direncanakan adalah melalui penerapan penelitian tindakan kelas. Untuk itu penulis mencoba menerapkan suatu pembelajaran kooperatif . yang melibatkan seluruh siswa dengan memanfaatkan pekarangan sekolah, saling bertukar informasi dan menyelesaikan masalah-masalah pelajaran yang ada.

Diantara berbagai model pembelajaran, maka pembelajaran kooperatif diperkirakan akan dapat memotivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran lebih leluasa namun serius. Perkiraan ini berdasarkan pada kebiasaan siswa belajar dengan teman secara berkelompok pada waktu-waktu tertentu. Berdasarkan pengamatan penulis, sering ditemui adanya kecendrungan siswa berdiskusi secara serius dalam pelajaran di kelompok terdiri dari 4-5 orang yang saling membantu satu sama lain. setiap kelompok haruslah hiterogen. Guru menyajikan informasi kemudian siswa belajar dalam kelompoknya dengan menggunakan lembaran kerja siwa (LKS) dan memanfaatkan benda-benda yang disebutkan dalam LKS, tentu saja yang ada di sekolah. serta perangkat belajar lain untuk menuntaskan materi, diakhir pertemuan diberikan kuis untuk mengevaluasi daya serap individual.

Harapan penulis hendaknya melalui model pembelajaran kooperatif, siswa akan belajar dan berkerjasama, saling membantu memahami konsep-konsep sulit didalam kelompoknya. Serta dengan bantuan LKS dan benda konkrit yang ada di sekitarnya, siswa dapat menuntaskan materi bersama anggota kelompoknya dan dituntun untuk menyelesaikan soal-soal. Untuk itu penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul "Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Pembelajaran Kooperatif pada Konsep Zat dan Wujudnya di Kelas VTI SMP Negeri 1 Sigli".

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yg menjadi masalah dalam renelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah aktifitas guru-dan siswa dalam pembelajaran zat dan wujudnya di SMP Negeri 1 Sigli?

2. Bagaimanakah kegiatan pengelolaan kelas di SMP Negeri 1 Sigli?

3. Bagaimanakah hasil tes awal dan tes akhir di SMP Negeri 1 Sigli?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMP Negeri 1 Sigli umumnya, dan khususnya kelas VII pada materi Zat dan Wujudnya dengan model kooperatif. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. Aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran fisika khususnya pada konsep zat dan wujudnya di SMP Negeri 1 Sigli.

b. kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan guru saat proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Sigli.

c. Hasil tes awal dan tes akhir pada konsep zat wujudnya di SMP Negeri 1 Sigli.

4. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan tentang inovasi dalam pembelajaran fisika khususnya pada materi Zat wujudnya. Selanjutnya hasil penelitian ini akan memberi masukan bagi guru fisika dalam menerapkan model-model pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap mata pelajaran fisika.

2. Bagi guru fisika menjadi bahan pertimbangan dalam memilih strategi pembelajaran dan metode yang bervariasi agar pembelajaran menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah menjadi masukan dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan

5. Ruang.Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini berkisar tentang aktifitas guru dan siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran fisika di SMP Negeri 1 Sigli. Sebagai alternatif untuk mengupayakan pembelajaran yang kondusif di sekolah, guru menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam membahas konsep zat dan wujudnya pada pelajaran fisika SMP kelas VII.

6. Definisi Operasional

Untuk memperjelas pemahaman dalam peningkatan hasil belajar siswa dengan pembelajaran cooperative pada konsep zat dan wujudnya, perlu dipertegas tentang pengertian dari hasil belajar, pembelajaran cooperative serta pengertian dari zat dan wujudnya. Maka dengan demikian didefinisikan istilah-istilah penting yang menjadi pokok pembehasan utama dalam karya tulis ini, yaitu sebagai berikut: hasil belajar, pembelajaran kooperatif, serta zat wujudnya.

7. Landasan Teoritis

a. Pengertian Hasil Belajar.

Hasil belajar adalah sejumlah kompetensi yang diperoleh seseorang setelah menjalani proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki latar belakang kehidupan dan kemampuan yang heterogen. Pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli, dalam hal ini (Muhibbudinsyah, 2005:105) adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa , baik ketika ia berada di sekolah ataupun di lingkungan rumah atau keluarga. Sedangkan menurut Iska. Menurut (Neni, 2006: 76) Belajar atau learning adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman — pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan iingkungannya. Keberhasilan seorang siswa dalam pembelajaran dikatakan tuntas atau berhasil ketika dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal.

Menurut Djamarah (Syaiful Bahri, 2009 : 6) hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu atau kelompok. Dari ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak akan ada hasil apabila ridak ada kegiatan. Jadi, hasil belajar dalam penelitian ini adalah suatu hasil yang didapat setelah siswa melakukan pembelajaran, hasil tersebut dikatakan tuntas atau berhasil apabila nilai siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal.

b. Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa sesuai dengan pendapat Nurhadi dan Senduk (Wena, 2009 : 189). Menurut Adrends (2007: 111), "dalam pembelajaran koperatif terdapat tiga tujuan pembelajaran, yaitu prestasi akademik, penerimaan pendapat yang beraneka ragam dan pengembangan ketrampilan sosial".

Jadi, berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar yang lain.

c. Langkah- Langkah Pembelajaran Kooperatif

Adapun langkah dalam pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan dalam penelitian ini sebagai berikut;

1) siswa diinstruksikan duduk sesuai kelompok masing-masing

2) guru menginformasikan tujuan mempelajari pelajaran hari tersebut

3) guru membagikan LKS yang berisi petunjuk dan materi pembelajaran

4) siswa diarahkan untuk memperhatikan materi yang ada di buku teks serta mengerjakan tugas yang ada dalam LKS

5) guru mengawasi siswa bekerja dalam kelompok masing-masing

6) setiap wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

7) guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa

8) dibawah bimbingan guru siswa membuat kesimpulan

d. Zat dan Wujudnya

Berkaitan dengan materi Zat dan Wujudnya maka dapat di gambarkan bahwa zat tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil. Partikel-partikel itu yang dinamakan molekul. Zat padat mempunyai sifat bentuk dan volumenya tetap. Bentuknya tetap dikarenakan partikel-partikel pada zat padat saling berdekatan, tersusun teratur dan mempunyai gaya tarik antar partikel sangat kuat. Volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat padat dapat bergerak dan berputar pada kedudukannya saja.

clip_image001Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volumenya tetap. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat cair berdekatan tetapi renggang, tersusun teratur, gaya tarik antar partikel agak lemah. Volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat cair mudah berpindah tetapi tidak dapat meninggalkan kelompoknya. Sedangkan Zat gas mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volume berubah-ubah. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikelpartikel pada zat gas berjauhan, tersusun tidak teratur, gaya tarik antar partikel sangat lemah. Volumenya berubah-ubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat bergerak bebas meninggalkan kelompoknya.

8. Metode Penelitian

a. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sigli Kabupaten Pidie. Sekolah tersebut terletak di dua Iokasi, lokasi pertama berada di gedung sekolah yang lama (sekarang sudah direnovasi), yaitu jalan Tgk Umar, Blok Bengkel Sigli. Lokasi yang kedua berada di Blang Paseh, yaitu jalan Sigik- Simpang Tiga, dan siswa kelas VII belajar di lokasi dua ini. Pengumpulan data dimulai pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan September 2011.

b. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-D semester 1 tahun pembelajaran 2011/2012 SMP Negeri 1 Sigli. Yang menjadi alasan pemilihan sekolah ini menjadi tempat penelitian adalah karena peneliti bertugas di SMPN 1 Sigli. Karakteristik siswa di sekolah ini dapat digambarkan sebagai berikut: Siswa-siswanya bersifat heterogen, yaitu berasal dari berbagai lapisan sosial. beraneka tingkat kemapuan, serta berasal dari beberapa suku, dan yang pasti ada laki-laki dan perempuan. Jumlah siswa di kelas tersebut seluruhnya 34 orang, yang terdiri dari 18 orang wanita dan 16 orang pria. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dan hasil belajar siswa pada konsep zat dan wujudnya.

c. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada saat penelitian berupa lembar observasi yang digunakan oleh observer, dan soal (instrumen tes) yang diberikan kepada siswa saat akhir pembelajaran.

d. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari empat langkah, yaitu: a) Perencanaan (planning), b) Pelaksanaan (acting), c) Pengamatan (observing), dan d) Refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan terdiri dari:

a. membuat rencana pembelajaran untuk siklus I- siklus II

b. lembar observasi

c. membuat soal-soal tes akhir siklus

2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan terdiri atas:

a. Mendiskusikan perencanaan tindakan yang telah disusun.

b. Guru menyampaikan ringkasan materi yang berkaitan dengan zat dan ujudnya secara klasikal.

c. Siswa dikelompokkan sesuai dengan nomor genap dan ganjil, yang sesuai dengan nomor unit pada daftar hadir .

d. Setiap kelompok diberikan LKS yang berisi ringkasan bahan ajar dan petunjuk untuk melaksanakan eksprimen.

e. Bagi kelompok yang lebih cepat menyelesaikan eksperimennya, diberikan penghargaan berupa nilai plus untuk menyumbangkan pada nilai kelompok.

f. Kelompok yang menyumbang nilai maksimal kepada kelompoknya, dapat memberikan nilai tambah kepada anggota kelompok tersebut.

g. Peneliti membuat penilaian, yaitu penilaian awal, proses dan hasil.

h. Peneliti membuat dokumentasi dari pelaksanaan tindakan ini.

3. Pengamatan

Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru lain yang berasal dari kelompok mata pelajaran yang sama dan bertugas di SMPN 1 Sigli. Dalam kegiatan pengamatan, pengamat (observer) mengamati proses.pembelajaran sejak awal hingga akhir pembelajaran sambil membuat catatan-catatan tentang kejadian yang dilihat saat pembelajaran berlangsung. Observer juga mengisi lembar observasi yang telah disiapkan oleh guru peneliti.

Setiap hasil pengamatan baik yang tertulis atau tidak tertulis, menjadi data penelitian yang berguna bagi peneliti dalam menganalisis data serta mendiskripsikan ke dalam laporan hasil penelitian nantinya.

4. Refleksi
Tahapan ini terdiri dari:

a. Melakukan diskusi antara peneliti dengan observer tentang hasil observasi yang telah dilasanakan .

b. Menganalisis, dan membuat kesimpulan terhadap hasil pembelajaran.

c. Menyusun rencana perbaikan untuk tindakan pada siklus berikutnya.

d. Mengadakan evaluasi program pelaksanaan penelitian tindakan kelas dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

9. Indikator Keberhasilan

Penelitian dapat dikatakan berhasil apabila telah terjadi peningkatan aktifitas, baik yang terjadi pada guru maupun aktifitas peserta didik. Guru dapat menunjukkan perkembangan dalam pengelolaan kelas, dan hasil belajar perserta didik terjadi peningkatan. Jika proses pembelajaran dapat memberikan motivasi bagi siswa, maka aktifitas belajar mengajar akan lebih bermakna sehingga menambah daya serap bagi peserta didik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajara secara keseluruhan.

10. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa.

11. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Aktion Research). Dalam penelitian tindakan kelas, pengumpulan data dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung di sekolah. Data penelitian diambil melalui hasil observasi terhadap proses belajar mengajar serta dari tes hasil belajar, baik dari tes awal maupun dari tes akhir pembelajaran setiap siklusnya.

12. Teknik Pengolahan Data

Adapun teknik pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan

ramus statistik sederhana yaitu: P= clip_image003 ( Sudijono 2005:43)

Keterangan:

P = Persentase yang dicari

f = Frekuensi jawaban yang benar

N = Jumlah soal

13. Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Bulan/Minggu Ke...

te...

Mai 2012

Juni

2012

Juli 2012

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

5

1

Menyusun Proposal

X

2

Menyusun Instrumen

X

X

3

Menyusun RPP

X

X

4

Menvalidasi Instrumen

X

X

5

Merancang Rencana Pembelajaran

'*. .'*.

X

X

6

Melaksanakan Pembelajaran dan Refleksi

X

X

7

Penyusunan Laporan

X

X

X

X

8

Desiminasi Hasil Penelitian

X

DAFTAR PUSTAKA

Asra dan Sumiati, (2007). "Metode Pembelajaran ", Bandung: CV Wacana Prima.

Dahar, Ratna Willis. (2005) "Teori-Teori Belajar". Jakarta: Erlangga

Depdiknas, (2006). "Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Fisika untuk SMP/MTs". Jakarta: Depdiknas.

Dinas Pendidikan Provinsi NAD, (2004) "Fisika Untuk SMP/MTs Kelas 1". Banda Aceh: CV. Para Transport.

Mulyasa, E. (2009). "Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan ". Bandung: PT Remaja Rosdakarya

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ST AD DI SMP NEGERI 2 SAKTI

1.1.Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Tujuan pengajaran fisika di SMP adalah agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk mencapai tujuan pengajaran fisika khususnya, telah dilakukan berbagai usaha kearah pembangunan, perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan, baik sistem pengelolaan maupun penmgkatan mutu. Hal ini tidak terlepas dari kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan proses belajar.

Dari hasil ujian semester ganjil dan semester genap tahun ajaran 2009/2010 yang dilakukan penulis di SMP Negeri 2 Sakti, hanya 65% siswa yang tuntas belajar dari nilai KKM ( kriteria ketuntasan minimal) mata pelajaran IPA yang ditetapkan yaitu 62, sehingga gum harus melakukan remedial. Rendahnya hasil belajar fisika dapat diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain ketidakmampuan guru menggunakan srategi/pendekatan yang lebih cocok daam mengajarkan konsep sehingga menyebabkan kesulitan bagi siswa-siswa dalam memahami konsep fisika.

Setelah dicoba dengan berbagai metode ternyata kemampuan siswa dalam memahami konsep fisika tidak seperti yang diharapkan. Berdasarkan kondisi yang demikian maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar mereka, mengerti, berpartisipasi aktif, bekerja memecahkan masaiah, menemukan sesuatu untuk dirinya dan saling mendiskusikan masaiah tersebut dengan temannya serta dapat membantu teman-teman yang rendah prestasinya. Hal ini dapat diwujudkan secara intensif dengan menerapkan suatu mode pembelajaran kooperatif.

Salah satu alternatif pengembangan model tersebut adalah berdasarkan teori kognitif yang lebih mengacu pada teori belajar kontruktivis. Menurut teori ini siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merefisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak Iagi sesuai dengan informasi yang baru diterimanya yang dikenal dengan asimilasi konsep. Sistem pembelajaran ini dapat mengaktifkan siswa untuk benar-benar dapat memahami dan menerapkan pengetahuan (Slavin, 1994:225).

Pendekatan kontruktivis dalam pengajaran salah satunya adalah menerapkan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya (Slavin, 1994:227). Agar pembelajaran koooperatif dapat terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman kelompok untuk mencapai ketuntasannya.

Salah satu jenis pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achivement Divisions(STAD) yaitu jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Kelompok ini merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah guru memberikan materi pelajaran, anggota kelompok bertemu untuk mempelajar lembar kegiatan atau bahan pembelajaran lainnya. Dalam STAD setelah berlangsung pembelajaran secara kooperatif siswa diberi tes untuk mengetahui kemampuan akademik secara individual.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai dampak yang amat positif terhadaf siswa yang rendah hasil belajarnya (Linda Lundge, 1995:6). Madden (dalam Slavin,1995:17) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mencapai keberhasilan siswa terutama dalam pembelajaran fisika sangatlah dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah " Apakah pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada konsep Usaha dan Energi di SMP N 2 Sakti". Untuk mendapatkan jawaban pertanyaan tersebut penulis menuangkannya dalam sebuah penelitan tindakan kelas yang berjudul " Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Usaha dan Energi Dengan Model Pembelajaran Kooperatif STAD di SMP Negeri 2 Sakti".

1.2.Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahannya dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada konsep usaha dan energi dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif STAD di SMP Negeri 2 Sakti?
  2. Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa di SMP Negeri 2 Sakti pada konsep usaha dan energi selama berlangsung pembelajaran kooperatif STAD?
  3. Bagaimana respon siswa SMP Negeri 2 Sakti terhadap pembelajaran kooperatif STAD pada konsep usaha dan energi?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk :

  1. Mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada konsep usaha dan energi setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif STAD di SMP Negeri 2 Sakti.
  2. Mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa di SMP Negeri 2 Sakti pada konsep usaha dan energi selama berlangsung pembelajaran kooperatif STAD.
  3. Mengetahui bagaimana respon siswa SMP Negeri 2 Sakti terhadap pembelajaran kooperatif STAD pada konsep usaha dan energi.

1.4.Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Bagi guru, sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran fisika dalam proses meningkatkan hasil belajar.
  2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih aktif, dinamis, kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan usaha - -dan energi.
  3. Bagi peneliti, untuk mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik dan kemampuan memecahkan permasalahan pembelajaran yang ditemui disekolah.

1.5.Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
  2. Model pembelajaran kooperatif STAD adalah jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Kelompok ini merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah guru memberikan materi pelajaran, anggota kelompok bertemu untuk mempelajar lembar kegiatan atau bahan pembelajaran lainnya.
  3. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor setelah siswa mengikuti pelajaran.
  4. Usaha dan Energi adalah salah satu konsep IPA yang diajarkan di kelas VIII SMP pada semester ganjil.

1.6. Landasan Teoritis

  1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pada awal pengembangannya, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi, aktivitas siswa, perilaku kooperatif dan menghargai pluralisme. Tetapi sebenarnya aspek akademis juga masuk di dalamnya walaupun tidak tersirat. Menurut Arends (dalam Devi, 2009 : 30) menyatakan setidaknya terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai dari pembelajaran kooperatif, yaitu:

  1. Peningkatan kinerja prestasi akademik,
  2. Penerimaan terhadap keragaman (suku, sosial, budaya, kemampuan, dsb),
  3. Keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.

Tujuan pertama yaitu membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Dengan strategi kooperatif diharapkan terjadi interaksi antar siswa untuk saling memberi pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan guru sehingga semua siswa akan lebih mudah memahami berbagai konsep. Tujuan kedua yaitu membuat suasana penerimaan terhadap sesama siswa yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan. Hal ini memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Tujuan ketiga, yaitu mengajarkan keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu, para siswa belajar untuk saling menghargai satu sama lain.

b. Sintaks atau Tahap-Tahap pada Pembelajaran Kooperatif

Berdasarkan kajian terhadap tipe-tipe pembelajaran kooperatif, Arends (dalam Devi, 2009:31) mengidentifikasi sintaks umum dalam pembelajaran kooperatif. Umumnya, terdapat enam fase atau tahapan pembelajaran dalam pembelajaran koperatif seperti yang tertera pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Fase/Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif

No.

Fase

Perilaku Guru

(1)

(2)

(3)

1

Menyediakan obyek dan perangkat

Guru mengemukakan tujuan, memotivasi siswa untuk belajar, menyediakan obyek dan membuat perangkat pembelajaran

2

Menghadirkan/menyaj ikan informasi

Guru menghadirkan/menyaj ikan informasi untuk siswa baik secara presentasi verbal ataupun dengan tulisan.

3

Mengorganisasi siswa dalam belajar kelompok

Guru menjelaskan pada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4

Membimbing bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar ketika mereka sedang bekerja menyelesaikan tugas bersama

5

Evaluasl

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya.

6

Mengenali prestasi

Guru mencari cara untuk mengenali baik usaha, dan prestasi individu juga kelompoknya dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Sumber: Devi (2009: 31)

a. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif jika dilatihkan di kelas dapat meningkatkan kompetensi sosial siswa misalnya terciptanya kehidupan bermasyarakat yang saling "asah-asih-asuh", rukun. damai, harmom tanpa saling curiga merupakan impian semua orang.

Keharmonisan dapat terwujud bila masing-masing mau terbuka, mau mendengar, saling memahami kekurangan serta kelebihan orang lain. Hal-hal seperti itu dapat dilatihkan pada siswa sejak tingkat sekolah dasar.

Beberapa manfaat model pembelajaran kooperatif dalam proses belajar-mengajar, di antaranya:

  1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap,
    dan keterampiiannya dalam suasana belajar yang bersifat terbuka dan
    demokratis,
  2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa,
  3. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat,
  4. Menempatkan siswa sebagai subjek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya,
  5. Melatih siswa untuk bekerjasama, saling membantu mengembangkan potensi diri secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
  6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

Begitu pula menurut para pakar pendidikan (Slavin, 1995:17) beberapa nilai positif dalam pembelajaran kooperatif, antara lain :

  1. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma kelompok
  2. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil
  3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok
  4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Selain mempunyai nilai positif, pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara sebagai berikut:

  1. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan kelompok.
  2. Masing-masing anggota kelompok harus mempelajari materi secara keseluruhan.
    Hal ini karena hasil kelompok ditunjukan oleh skor perkembangan masing-
    masing individu dalam kelompok.

b. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995) adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Belajar kooperatif menekankan pada kerja kelompok (siswa belajar bersama, saling membantu). Kerja kelompok membuat siswa bersemangat untuk belajar aktif untuk saling menampilkan diri atau berperan diantara teman-teman sebaya.

Pada dasarnya tipe-tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah sama, yaitu lebih mengutamakan kerjasama kelompok. Namun, dalam pengelompokkan tugas, tiap tipe tersebut berbeda. Slavin (1995:76) membagi pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe, di antaranya, Student Teams - Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, dan Team Assisted Individualization (TAI) dan Group Investigation (GI).

1. Tipe Student Teams - Achievement Division (STAD)

Student Team Achievement Division (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Ada lima tahap pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam proses kegiatan pembelajaran, yakni tahap persiapan (termasuk di dalamnya penyajian materi), tahap kegiatan kelompok, tahap pelaksanaan tes individu, tahap perhitungan skor, perkembangan individu, dan tahap pemberian penghargaan kelompok. Secara garis besar tahap-tahap kooperatif tipe STAD dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.Tahap persiapan

Pada tahap ini, guru mempersiapkan materi berikut perangkat pengajaran termasuk lembar kerja siswa dan soal kuis serta menentukan metode pembelajaran dan penyajian materi pada awal pembelajaran. Pembagian kelompok diatur berdasarkan skor awal, masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan prestasi yang bervariasi, jenis kelamin dan ras yang berbeda. Guru menjelaskan bahwa tugas utama kelompok adalah membantu anggota untuk menguasai materi dan mempersiapkan kuis serta setiap anggota hendaknya berusaha untuk memperoleh nilai yang baik karena prestasi individu akan berpengaruh besar terhadap kelompok.

b.Tahap Penyajian Materi

Sebelum pembelajaran, guru menginformasikan kepada siswa tujuan yang hendak dicapai dan prasyarat yang harus dimiliki. Penyajian materi dilakukan secara klasikal. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok,

2) menekankan kepada siswa bahwa belajar adalah memahami makna bukan hafalan,

3) mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin,

4) memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari suatu pertanyaan Setelah siswa memahami permasalahan, selanjutnya beralih pada materi berikutnya.

c. Tahap Kegiatan Kelompok

Dalam tahap ini siswa mempelajari materi dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dalam LKS. Dalam kegiatan kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya. Peran guru dalam tahap ini sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

d. Tahap Peiaksanaan Tes Individu

Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, siswa diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapainya. Hasil tes digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk perolehan skor kelompok.

e. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes sebelumnya (skor awal) dengan tes akhir. Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Cara perhitungan skor perkembangan individu (sumbangan untuk skor kelompok) seperti terangkum pada tabel berikut (Slavin, 1995:80).

Tabel 1. Skor Perkembangan Individu

 

Nilai

Skor Tes

Perkembangan

-

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

5

-

10 hingga 1 poin di bawah skor awal

10

-

Skor awal sampai 10 poin di atasnya

20

-

Lebih dari 10 poin di atas skor awal

30

-

Nilai sempurna

30

f. Tahap Penghargaan Kelompok

Perhitungan skor kelompok dihitung dengan cara menjumlahkan tiap perkembangan skor individu dibagi jumlah anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan tersebut, ditetapkan tiga tingkat penghargaan kelompok, yaitu:

1) kelompok dengan rata-rata skor 15, sebagai kelompok Good Team;

2) kelompok dengan rata-rata skor 20, sebagai kelompok Great Team;

3) kelompok dengan rata-rata skor 25, sebagai kelompok Super Team.

Kepada super team dan good team, sebaiknya guru memberikan penghargaan berupa sertifikat atau bentuk hadiah lainnya tergantung dari kreativitas guru. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar pembelajaran, yaitu:

1) tetap berada dalam kelompok;

2) mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan kepada guru, dan menghindari ide mengkritik orang;

3) memberikan umpan balik.

1.7. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 2 Sakti tahun pelajaran 2012/2013. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP Negeri 2 Sakti yang belajar di kelas VIII A sebanyak 22 orang Tahun Pelajaran 2012/2013

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Lembar pretes dan postes

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur prestasi belajar fisika konsep usaha dan energi pada setiap siklus. Tes diberikan setiap akhir siklus.

b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas gum dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung yang diiakukan pada setiap siklus.

c. Angket respon siswa.

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif STAD.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dan Kemmis dan Taggart (dalam Taniredja, 2011: 24), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

clip_image002

Gambar 3.1. Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1) Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2) Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya model pembelajaran kooperatif STAD.

3) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4) Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2, dimana masing - masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu pokok bahasan yang sama yang diakhiri dengan tes di akhir masing-masing siklus. Dibuat dalam dua siklus dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

5. Pengolahan Data

a. Analisis data tes hasil belajar.

1. Untuk ketuntasan individu

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase.

P= clip_image004 x 100% (Anas Sudijono, 2010 : 43)

Dimana:

P = Angka persentase

f = Jumlah jawaban benar siswa

N = Jumlah soal seluruhnya

2. Untuk ketuntasan klasikal

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase.

P= clip_image004[1] x 100% (Anas Sudijono, 2010 : 43)

Dimana:

P = Angka persentase

f = jumlah siswa yang tuntas belajar

N = Jumlah siswa seluruhnya

b. Analisis aktivitas guru dan siswa

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase

P= clip_image004[2] x 100% (Anas Sudijono, 2010 : 43)

Dimana:

P = Angka persentase

F = Frekuensi aktivitas guru dan siswa

N = Jumlah aktivitas

c. Analisis respon siswa

Setelah data terkumpui kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana yaitu persentase

P= clip_image004[3] x 100% (Anas Sudijono, 2010 : 43)

Dimana:

P = Angka persentase

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Jumlah siswa

Penerapan Hukum Newton III pada Olah Raga Dayung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Olahraga dayung semula dikenal sebagai suatu cara transportasi dan penyelamatan diri selama masa peperangan di laut. Negara-negara seperti Yunani dan Viking dikenal dengan perahu-perahu dayungnya yang dikemudikan oleh banyak pedayung handal (mencapai 30 pedayung dalam 1 perahu). Seiring dengan perkembangan zaman olah raga dayung tersebut semakin populer diberbagai negara salah satunya diIndonesia.

Kegiatan mendayung juga memerlukan teknik-teknik untuk mendayung agar perahu bergerak sesuai dengan yang diharapkan. Berbicara tentang teknik mendayung hanya dikenal dua macam kayuhan yaitu dayung maju dan dayung mundur. Jika menginginkan perahu bergerak kedepan maka digunakan dayung maju sedangkan dayung mundur untuk menghentikan perahu yang sedang bergerak maju atau memang menginginkan perahu bergerak mundur. Jika ingin membelokkan perahu ke kanan maka tangan kiri mendayung maju dan tangan kanan mendayung mundur,dan sebaliknya jika ingin membelok kekiri.

Jika kita meninjau lebih jauh didalam perkembangan teknik mendayung maka terlihatlah konsep fisika yang mendasarinya. Faktor utama yang paling mempengaruhi kecepatan perahu adalah daya dorong perahu (propulsion). Mekanisme pergerakan perahu dalam air mengikuti Hukum III Newton tentang aksi dan reaksi. Menurut hukum ini, setiap gaya aksi selalu mendapatkan gaya reaksi yang besarnya sama tetapi pada arah yang berlawanan.

Berlatar belakang dari uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk membahas tentang Aplikasi Hukum III Didalam Olahraga Dayung. Dan menjadi judul dari koloqium ini.

1.2.Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan didalam makalah ini adalah Aplikasi Hukum Newton III didalam olah raga dayung

1.3.Batasan Masalah

Yang menjadi batasan masalah yang dimaksud didalam makalah ini hanya membahas tentang Hukum Newton III yang terdapat didalam olah raga dayung.

1.4.Tujuan Penelitian

Untuk membahas Hukum Newton III yang terdapat didalam olah raga dayung

1.5.Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah

1. Bagi Peneliti, sebagai bahan pelengkap mata kuliah seminar fisika

2. Bagi Mahasiswa atau Pembaca dapat menjadi salah satu bahan bacaan tentang aplikasi konsep fisika didalam olahraga dayung